Analisa Kesalahan Pendaratan Pesawat UAV dengan Human System Integration (HSI)
Oleh : Mayor TNI Joko Pitono M.Han
Penyebab
Pilot menerbangkan pesawatnya lebih tinggi
dari yang seharusnya
Faktor-faktor
Telat dalam mengambil keputusan untuk
berkeliling, sebagai akibat dari buruknya daya pandang dan tidak layaknya
peralatan yang digunakan.
Dua faktor kunci, yakni : peripheral display dan radar altimeter
(pengukur ketinggian).
Peripheral
display sangat diperlukan untuk mendeteksi
pergerakan sekitar dan mengecek kondisi ketinggian, yang digunakan sebagai
acuan pada fase pendaratan.
Radar altimeter dibutuhkan untuk
menstabilkan ketinggian pesawat di atas landasan pacu sebelum mendarat.
Dalam usaha
mencapai kinerja maksimal dalam penggunaan teknologi supervisi, diperlukan
integrasi yang baik antara manusia sebagai operator, dan peralatan sebagai
instrumennya. Penerbangan pesawat terbang berawak adalah contoh dari sistem
peralatan supervisi, dimana ia masih sangat bergantung terhadap kendali
manusia, meskipun sebagian sistem telah menerapkan otomatisasi (auto-pilot dan auto cabine pressure adjusment). Pada pendaratan, pesawat terbang
pada umumnya masih sangat bergantung kepada performa sang pilot, lewat keputusan-keputusan
yang diambilnya, instrumen yang digunakan, dan kemampuannya dalam mengendalikan
pesawat. Semakin tinggi performa dari sang pilot, maka akan semakin rendah
peluang terjadinya kecelakaan saat pesawat melakukan pendaratan.
Human System Integration
(HSI) adalah pendekatan sistematis untuk mengimplementasikan teknologi baru dan
memodernisasikan sistem yang sudah ada. Ia merupakan kombinasi dari filosofi,
metode, alat, dan teknik manajerial yang didesain untuk memperkuat sistem
organisasi secara keseluruhan, mulai dari tingkatan manajerial paling atas
hingga tingkatan manajerial yang paling bawah. Pendekatan ini mengoptimalkan
efisiensi dan keamanan dari semua komponen sistem dengan mempertimbangkan
elemen-elemen dari sub-sistem di dalamnya.[1] Secara
fungsinya, HSI berfungsi dalam penyederhanaan integrasi antara organisasi,
teknologi, dan sumber daya manusianya.
Seperti yang
terlihat pada gambar 1, performa manusia dipengaruhi secara langsung oleh tiga
faktor, yakni:
1. Desain interface antara
manusia dan mesin
2. Pengetahuan, keahlian, dan kemampuan pilot.
3. Keamanan sistem dan lingkungan, serta kesehatan kerja.
Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi
performa manusia
Desain interface antara manusia dan mesin, adalah
desain/rancangan pada komputer, mesin, dan peralatan lainnya yang berfungsi
sebagai penerjemah bahasa manusia menjadi bahasa komputer dan sebaliknya.
Bahasa manusia dapat berfungsi sebagai
input dalam sistem interface ini,
yakni berupa sentuhan, pergerakan, sidik jari, pengenalan wajah, dan suara.
Sedangkan bahasa komputer adalah data biner berupa bilangan 1 dan 0. Bagian
dari peralatan yang menerima input
tersebut harus memperhatikan aspek ergonomis agar mudah dikendalikan oleh
penggunanya, efisien, sederhana, namun detail dan lengkap dalam penyajian
informasi. Ilmu mengenai ergonomi ini sangat penting untuk diterapkan, karena
akan mempermudah setiap pekerjaan serta mengurangi risiko terjadinya kecelakaan
kerja secara signifikan.
Dalam kasus
kecelakaan pesawat pada soal, dijelaskan bahwa salah satu faktor penyebab
terlambatnya pengambilan keputusan oleh pilot adalah kurangnya informasi yang
didapat dari peripheral display dan
radar altimeter. Faktor pemicu kecelakaan ini perlu diatasi dengan mengubah
atau memperbaiki desain interface
dari kedua peralatan tersebut, agar dapat lebih mudah dipahami oleh pilot,
dengan penyajian data yang lebih sederhana, lebih rapi, dan lebih lengkap. Perancangan
desain dari setiap instrumen yang digunakan juga harus mempertimbangkan faktor
manusia. Ilmu yang mengkaji hal ini dinamakan human factor engineering. Ia berfokus terhadap perancangan interface antara mesin dan manusia,
dengan mempertimbangkan dan mencocokkan desain mesin dengan batasan-batasan kemampuan
penggunanya. Dengan begitu, maka interface
antar manusia dan mesin akan menghasilkan performa manusia yang optimal, serta
mengurangi peluang terjadinya kesalahan oleh pengguna.[2]
Desain interface pada peripheral display dan radar altimeter pada pesawat terbang
memiliki pengaruh dan saling berkorelasi terhadap pengetahuan, kemampuan, dan
keahlian pilot. Agar dapat beroperasi dengan baik, diperlukan kedua hal
tersebut. Apabila terdapat kekurangan dan ketidaklayakan pada salah satu aspek,
tentu akan membahayakan penerbangan. Seorang pilot yang handal tidak akan mampu
berbuat banyak apabila instrumen yang digunakan telah usang dan tidak dapat
digunakan. Begitupun sebaliknya, yakni peralatan yang canggih dan prima tidak
akan banyak berguna apabila dioperasikan oleh pilot dengan kualifikasi yang
tidak memenuhi standar. Kedua hal tersebut akan menunjang keamanan sistem,
lingkungan, dan kesehatan kerja, serta memberi kontribusi bagi peningkatan
performa manusia (dalam hal ini pilot) secara keseluruhan.
Seorang pilot,
atau tenaga profesional di bidang apapun harus memiliki pengetahuan terhadap
setiap seluk-beluk pekerjaannya. Pengetahuan hanya bisa dibangun dari keluasan
wawasan serta banyaknya pengalaman, dan ia sangat membantu dalam penentuan
pengambilan keputusan di saat-saat genting. Keahlian, yakni bidang apa saja
yang dikuasai oleh sang pilot, meliputi teknik penerbangan dan pendaratan
pesawat serta penguasaan instrumen-instrumen elektronik yang digunakan pada cockpit.
Kemampuan pilot, yakni seberapa cekatan ia dalam mengolah pengetahuan
dan keahlian yang dimiliki untuk ditindaklanjuti dalam tindakan.
Gambar 2. Komponen-komponen yang
mempengaruhi Pengetahuan, keahlian, dan kemampuan pilot
Pada komponen manpower, bagian ini berfokus terhadap
kebutuhan sumber daya manusia, dengan pertimbangan kualifikasi dari setiap
pegawai yang dibutuhkan dan akan direkrut (termasuk pilot) untuk
mengoperasikan, memelihara, dan mempertahankan teknologi serta
instrumen-instrumen yang digunakan. Setiap poin-poin yang menjadi fokus
kualifikasi perlu pertimbangan yang ketat untuk perekrutan, dan perlu dilakukan
evaluasi berkala kepada para pegawai yang sudah bekerja, guna mempertahankan
level kinerja pada tingkatan yang tinggi. Performa seorang pilot tidak hanya
dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tetapi juga para tenaga ahli yang bekerja
pada bidang lain, terutama yang terkait kepada instrumen yang digunakan oleh
sang pilot. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu memiliki jumlah pegawai
yang cukup, disesuaikan dengan jumlah peralatan yang beroperasi. Agar jangan
sampai seorang pegawai mengerjakan tugas beberapa orang, karena akan menurunkan
kualitasnya. Juga jangan sampai ada pegawai yang tidak melakukan pekerjaan,
sehingga jalannya organisasi menjadi tidak efisien.
Apabila manpower berfokus kepada kualifikasi
rekrutan yang akan dijadikan pegawai, serta ketersediaan jumlah pegawai
terhadap kebutuhan organisasi, divisi personnel
bertanggung jawab terhadap penyaluran dari perekrutan tersebut. Ia menggunakan
pendekatan manajerial tentang bagaimana penempatan terbaik setiap pegawai dalam
memaksimalkan semua kemampuannya.
Manpower berkorelasi
langsung terhadap komponen pelatihan, yang bertanggung jawab terhadap metode
apa yang akan digunakan untuk melatih setiap rekrutan, serta memastikan bahwa
setiap pegawai yang telah terima mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Seiring dengan berkembangnya teknologi baru, selalu ada kemungkinan terjadinya
perubahan tugas-tugas detail, perubahan kebutuhan pekerjaan, adanya
jabatan-jabatan baru dalam organisasi, serta hilangnya jabatan-jabatan tertentu
yang tidak lagi dibutuhkan. Bagian pelatihan harus selalu siap terhadap segala
kemungkinan perubahan tersebut, guna memastikan bahwa setiap orang memiliki keahlian
yang tepat dalam mengoperasikan dan memelihara instrumen-instrumen yang
digunakan.
Instrumen yang
baik haruslah dirancang dengan mempertimbangkan faktor manusia berdasarkan
kemampuan dan keterbatasannya. Peralatanlah yang harus menyesuaikan
penggunanya, bukan justru sebaliknya. Dalam integrasi antara manusia dan
sistem, dikenal tiga prinsip dasar[3] guna
memaksimalkan performa, yaitu:
1. Pengoperasian dan pemeliharaan sistem harus compatible (cocok) dengan kemampuan dan batasan-batasan penggunanya
2. Sistem dapat mendeteksi dan memperbaiki dirinya akibat
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penggunanya, serta meminimalisir dampak
dari kesalahan-kesalahan tersebut.
3. Sistem memiliki kemampuan dalam menanggulangi situasi-situasi tidak
biasa, kemudian bereaksi terhadapnya.
Pesawat terbang
merupakan alat transportasi yang menerapkan high-tech,
sehingga memerlukan orang-orang dengan kualifikasi keahlian tinggi dalam
menanganinya. High-tech pada pesawat
terbang menjamin keamanan dan kualitas dari instrumen yang menerapkannya, namun
juga memiliki kerawanan yang tinggi apabila dioperasikan secara tidak tepat.
Setiap teknologi baru yang diperkenalkan pada ranah ini juga perlu mendapat
perhatian khusus dalam pengenalan dan pelatihan bagi pegawai, mulai dari level
teknisi hingga pilot, guna meminimalisir terjadinya kesalahan, baik dalam
pengoperasian maupun pemeliharaan. Pengecekan kondisi tiap instrumen perlu
dilakukan secara berkala, guna memastikan setiap peralatan berada dalam kondisi
yang baik saat digunakan. Pembekalan pelatihan memang memerlukan alokasi biaya
yang tidak sedikit, namun ia akan membantu dalam optimasi setiap proses
pekerjaan, terkait dengan efisiensi dan efektivitas, serta keamanan dan
keselamatan.
Daftar Pustaka
[1] Jones, Michael. 2007. An
Introduction to Human Systems Integration (HSI) in the U.S Industry. Washington
DC: Federal Railroad Administration.
[2] Reinach, Stephen. 2007. An
Introduction to Human Systems Integration (HSI) in the U.S Railroad Industry. Waltham: Foster-Miller, Inc.
[3] Hobbs, Alan. 2008. Three
Principles of Human-System Integration. SJSU Foundation / NASA Ames
Research Center