Analisa penyebab terjadinya
pesawat UAV salah mendarat dan bagaimana agar hal tersebut tidak terjadi
menggunakan Human System Integration
Analysis?
Oleh : Ezha Kurniasari Wahyu Solehah M.Han
Oleh : Ezha Kurniasari Wahyu Solehah M.Han
Pesawat UAV (unmanned
aerial vehicle) adalah pesawat tanpa awak atau dengan kata lain pesawat
yang dikendalikan oleh pilot jarak jauh. Terjadinya kesalahan pendaratan
pesawat UAV dapat disebabkan oleh karena turunnya performa pilot yang
mengendalikannya dari jarak jauh. Human performance dapat
dianalisis menggunakan Human System Integration (HSI) Analysis. Dalam
analisis HSI untuk kasus kesalahan pendaratan pesawat UAV, terdapat tingkatan
seperti pada Gambar di bawah ini.
Gambar 1. Analisis HSI pada kesalahan pendaratan
pesawat UAV
Faktor yang mempengaruhi human
performance (performa manusia) dalam mengendalikan pesawat UAV yaitu
faktor human machine interface design dan faktor pengetahuan,
ketrampilan, serta kebisaan. Kedua faktor tersebut saling berkaitan satu salam
lain dimana dalam menerjemahkan dan mengambil keputusan untuk bertindak dalam
pengendalian pesawat, diperlukan pengetahuan, ketrampilan, dan kebisaan dalam
membaca display yang merupakan output human machine
interface design.
Pengendalian pesawat
membutuhkan banyak hal yang perlu dikontrol sehingga human machine
interface design sebagai alat pengontrol sangat perlu untuk
diperhatikan agar pilot tidak salah menerjemahkan dan mengambil keputusan untuk
bertindak. Jika human machine interface design sebagai alat
kontrol pilot didesain secara efektif dan efisien atau dengan kata lain
mempertimbangkan desain yang ergonomis dan kondisi lingkungan yang sesuai
dengan keselamatan dan kesehatan kerja akan dapat memudahkan, mengurangi
tingkat kesalahan, dan tidak membuat cepat lelah pada pilot yang melakukan kontrol
pesawat UAV dari jarak jauh. Alat kontrol yang mudah dan tidak membuat cepat
Lelah akan berdampak pada performa konsentrasi pilot untuk bekerja secara
optimal. Dalam human machine interface design pesawat UAV,
terdapat human machine display sebagai tampilan yang
menampilkan indikator keadaan pesawat maupun kondisi di sekitar pesawat yang
sedang dioperasikan. Human machine display diperlukan dengan
mempertimbangkan human factor engineering dimana manusia
mempunyai keterbatasan. Display yang baik adalah yang dapat
memberikan informasi seefektif dan seefisien mungkin baik itu secara digital,
analog, atau grafik sehingga pilot sebagai pengguna mudah menerjemahkan dan
dapat lebih cepat tanggap dalam menghadapi situasi (situation awareness)
yang bersifat penting dan urgent. Selain itu, faktor
pengetahuan, ketrampilan, dan kebisaan dalam pengendalian pesawat UAV merupakan
hal mutlak yang dibutuhkan untuk penggunaan human machine display.
Tingkat pengetahuan,
ketrampilan, dan kebisaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor tenaga kerja (manpower), pelatihan (training),
personil (personnel), lingkungan, dan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Tenaga kerja merupakan personil sebagai calon pengguna pesawat UAV
sebagai kekuatan operasional dalam pengontrolan pesawat UAV. Sebelum bertindak
sebagai pilot pesawat UAV, setiap personil wajib melakukan pelatihan agar tidak
terjadi kesalahan saat mengoperasikan pesawat UAV baik saat take
off, terbang, dan mendarat. Dalam pelatihan sebagai pilot pesawat UAV
perlu adanya tugas agar setiap personil lebih memahami teori yang diberikan.
Setelah materi terkait teori dalam penerbangan pesawat dipahami dengan baik,
setiap personil wajib melakukan simulasi penerbangan. Metode simulasi
penerbangan perlu dikondisikan seperti kondisi nyata ketika dihadapkan dengan
pesawat sesungguhnya. Dalam simulasi ini diperlukan human machine
interface design yang dapat menggambarkan seperti kondisi nyata atau
hampir mendekat kondisi nyata. Hal ini bertujuan agar setiap personil dapat
mempunyai gambaran saat mengoperasikan pesawat yang sesungguhnya. Personil
sebagai pengguna pesawat UAV perlu melaksanakan praktek menerbangkan pesawat
dengan cara memprioritaskan materi praktek (accession practices) yang
diberikan dan melaksanakannya secara bertahap sedikit demi sedikit (attrition)
agar setiap materi dapat diterima dan dipahami oleh personil secara efektif
satu per satu. Lingkungan dan K3 dalam setiap pelaksanaan simulasi maupun
praktek menerbangkan pesawat perlu diperhatikan dengan baik agar tidak ada hal
yang mengganggu saat pengoperasian pesawat berlangsung dimana dapat menimbulkan
potensi pilot melakukan kesalahan (operator error).