Multiplier effect dalam pengembangan industri
pertahanan (indhan) yaitu
dapat menggerakkan industri-industri nasional
lainnya sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Multiplier effect adalah suatu
kegiatan yang dapat
memacu timbulnya kegiatan
lain dan saling
berkaitan. Salah satu
usaha Kementerian Pertahanan (Kemhan)
adalah mendorong pengembangan indhan
dalam negri agar
dapat memenuhi kebutuhan
alutsista sesuai kebutuhan
pokok minimum pertahanan atau
minimum essential force (MEF)
tahun 2024. Pengembangan indhan
dapat dilakukan melalui
berbagai cara seperti
transfer of technology (ToT),
joint production, riset dan
pengembangan, mendorong kemajuan
ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan riset
atau penelitian untuk
inovasi teknologi, serta
dukungan modal dan
kebijakan pemerintah. Melalui
pengembangan tersebut diharapakan terjadi
multiplier effect dalam industri
strategis nasional dan
mengantisipasi ancaman embargo
peralatan militer dari
negara produsen seperti
yang pernah terjadi
sebelumnya. Selain itu,
Kemhan mendorong optimalisasi Badan
Usaha Milik Negara
Industri Pertahanan (BUMNIP)
seperti PT Pindad,
PT Dirgantara Indonesia,
dan PT PAL.
Industri pendukung swasta
lainnya juga didukung
oleh Kemhan seperti
PT Krakatau Steel
sebagai produsen utama
baja dalam negri
yang memasok kebutuhan
dasar alutsista dan
mendorong agar ada
pihak swasta yang
mengambil alih PT
Texmaco Engineering dari
Perusahaan Pengelola Aset
yang kolaps akibat
utang saat krisis
tahun 1998. PT Texmaco
Engineering mempunyai kemampuan
dasar untuk mendukung
indhan yang dapat
memproduksi berbagai macam
mesin seperti mesin
truk TNI dan
komponen panser PT
Pindad. BUMNIP dan
perusahaan swasta didorong
untuk memanfaatkan produksi
dalam negri. Contohnya
PT Dahana dimana
produknya 10% digunakan untuk
militer dan 90% dimanfaatkan oleh
BUMN dan swasta
lainnya seperti untuk
peledakan di wilayah
pertambangan. Hal ini
membuat PT Dahana
dapat sukses secara
ekonomi karena tidak
bergantung hanya pada
satu konsumen TNI
saja. BUMNIP dan
perusahaan swasta pendukung
indhan perlu diberi
kepercayaan untuk memenuhi
kebutuhan militer dan
non-militer di
lingkup nasional sehingga
produk-produk pertahanan dapat
berkembang secara mandiri
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Efek yang lebih
luas lagi adalah
Indonesia mampu berperan
dalam global supply chain untuk memenuhi
kebutuhan alutsista dalam
dan luar negri
sehingga mampu berperan
dalam penggerak ekonomi
dunia.
Deterrence effect atau efek
gentar dalam istilah
militer adalah usaha
untuk memiliki postur
pertahanan yang kuat
dan berteknologi tinggi
sehingga mempunyai efek
gentar terhadap negara
lain. Dengan demikian
dapat meminimalisir negara
yang ingin menyerang
untuk menghindari perang.
Selain itu, efek
gentar dapat membantu
dalam setiap usaha
diplomasi pertahanan yang
dilakukan. Realisasi untuk
mewujudkan efek gentar
perlu anggaran yang
besar. Meski demikian,
anggaran tersebut masih
lebih kecil daripada
anggaran untuk perang
jika itu terjadi.
Multiplier
effect dari
pengembangan indhan dapat
meningkatkan pengaruh deterrence effect.
Indhan yang maju
dan mandiri akan
dapat menimbulkan deterrence effect
yang tinggi. Keduanya
perlu dibangun secara
bersama-sama untuk
meningkatkan pertahanan negara.
Jika indhan Indonesia
belum mampu memberikan deterrence effect
secara optimal, maka
perlu dilakukan pengadaan
modernisasi alutsista Indonesia
dari negara lain.
Indonesia sebagai negara
non blok dengan
politik luar negri
bebas aktif harus
mampu mempunyai deterrence effect
yang tinggi sehingga
dapat meminimaliir negara
lain menyerang Indonesia.