INDUSTRI PERTAHANAN SEBAGAI GLOBAL SUPPLY CHAIN Studi Kasus PEMESANAN AUTOCLAVE DARI SCHOLZ JERMAN


PENDAHULUAN
            Program pengembangan pesawat tempur yang dilakukan dengan Korea Selatan telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu dari 7 (tujuh) Program Nasional yang diprioritaskan. Program tersebut dapat membuka peta jalan penguasaan teknologi pesawat tempur bagi industri pertahanan (PT.Dirgantara Indonesia) untuk meningkatkan kapabilitasnya guna mencapai kemandirian.
            Program pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX berdasar pada Work Share (Pembagian Kerja) dan Cost Share (Pembagian Biaya) yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan ‘pemerintah Korea Selatan. terdiri dari Engineering Work Package (EWP), Airframe Component Manufacturing dan partisipasi dalam pembuatan prototype dan ight test.
            Airframe Component Manufacturing membutuhkan infrastruktur dan component manufacture yang salah satunya adalah Autoclave. Persoalan yang muncul adalah; Autoclave tidak ada yang dibuat didalam negeri sehingga harus di import dari luar negeri, dan hal ini membutuhkan perhitungan yang matang dalam menganalisis distribusi global supply chain sihingga cost yang dikeluarkan berimbang dengan benefit yang didapat.

AEROSPACE AUTOCLAVE
            Autoclave dalam dunia penerbangan adalah teknologi yang digunakan untuk curing composite atau control oven composite bonding dalam rangka mengawetkan composite. Autoclave untuk industri penerbangan berkembang seiring berkembangnya teknologi  dibidang industri.
            Saat ini autoclave dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama adalah autoclave konvensional, dan kedua adalah econoclave yang lebih mengedepankan sisi ekonomis dalam bentuk dan teknologi desainnya. Perbedaan yang paling menyolok antara keduanya adalah penggunaan panel penyesuaian aliran udara H-slot untuk menyeimbangkan aliran udara di autoclave. Pengaturan H-slot memungkinkan autoclave menjadi lebih kecil dan menggunakan energi yang lebih sedikit daripada autoclave konvensional. H-slot adalah full-area, flow adjusting panel yang memfasilitasi keseimbangan dan pelurusan aliran udara di depan dan belakang autoclave sebelum masuk / keluar dari volume kerja. Econoclave dengan teknologi H-slot tidak memiliki dead-spot dan oleh karena itu menyediakan hampir 100% volume yang dapat digunakan untuk pekerjaan coposite. 
            Ada perbedaan utama antara Econoclave dan autoclave konvensional. Perbedaan-perbedaan ini dapat dilihat dalam grafik yang dijelaskan di bawah ini:
Sistem Proses  Econoclave
-               Efisien - Pemanasan yang dipasang di bawah lantai, pendinginan, dan saluran udara
-               Econoclave tidak memerlukan saluran udara radial dan sebaliknya menggunakan lantai sebagai sistem pengiriman udara ke depan. Desain ASC unik ini mengurangi diameter bejana tekan sebesar 6-8 "(150-200mm) bila dibandingkan dengan autoklaf konvensional. Pengurangan ukuran ini dan penghapusan duktus udara bagian dalam mengurangi biaya pemanasan & pendinginan pengoperasian, biaya bertekanan, dan peralatan. harga.
-               Perbedaan H-Slot, Setiap Econoclave menggunakan panel penyesuaian aliran udara H-Slot eksklusif untuk menyeimbangkan aliran udara di autoklaf. 
-               Pengaturan H-slot memungkinkan autoclave menjadi lebih kecil dan menggunakan energi yang lebih sedikit daripada autoklaf konvensional


Autoclave Konvensional
-               Tidak Efisien - Pemanasan yang dipasang di belakang dan pendinginan dengan saluran udara radial
-               Autoclave konvensional memiliki saluran udara radial yang digunakan untuk mentransfer udara dari bagian belakang autoclave ke depan. Saluran udara ini tidak hanya membutuhkan bejana tekanan yang lebih besar tetapi juga menggunakan lembaran logam ducting ekstra yang harus dipanaskan dan didinginkan.
-               Pengaturan H-slot autoclave menggunakan dead-spot sehinga menjadi lebih besar dan menggunakan energi yang lebih besar.
-               Radiator pemanas dan pendingin biasanya dipasang di bagian belakang autoklaf. Pendekatan yang dipasang di belakang ini memerlukan bejana tekanan autoclve hingga lebih dari 4 kaki (1,4 m) lebih lama untuk mengakomodasi komponen dan saluran transisi.

ANALISIS PERMASALAHAN GLOBAL SUPPLYCHAIN.
            Supply chain management (SCM) menjadi salah satu solusi terbaik untuk meningkatkan keunggulan kompetitif (Zabidi, 2001). Dalam pembelian Autoclave, PT DI mengalami beberapa permasalahan diantaranya adalah:
-               Autoclave yang dipesan berukuran besar dan panjang sehingga dalam pendistribusiannya sampai ke PT DI  mengalami kendala kendala .
-               Pihak supplier hanya mampu mendistribusikan dan bertanggung jawab terhadap autoclave hanya sampai pelabuhan tanjung priok (franko Jakarta), sehingga PT DI harus memikirkan cara bagaimana membawa autoclave dari tanjung periok ke PT DI dibandung.
-               Autoclave tidak dapat dibuat dengan sistem modul sehingga harus dikirim utuh dengan semua perlengkapannya.
-               Jalur distribusi jalan raya tidak memungkinkan untuk secara normal membawa autoclave dari Jakarta ke Bandung, sehingga harus memotong sebagian penghalang seperti jembatan, saluran pipa dan kabel listrik maupun kabel telepon.
-               Cost yang dikeluarkan untuk pendistribusian autoclave ini akan membengkak signifikan dari anggaran yang direncanakan.
-               Waktu pendistribusian barang akan bertambah dan tidak bisa diprediksi secara akurat.
-               Kemungkinan resiko kecacataan karena benturan, terjatuh, dan lain lain dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung sangat besar.
-               Perubahan perubahan ukuran atau desain yang dilakukan oleh supplier mengakibatkan perubahan dudukan autoclave sehingga menambah cost dan memerlukan perencanaan tata ruang yang baru.
-               Kesulitan dalam merangkai autoclave sehingga sesuai dudukan yang dibuat.
-               Secara administrasi jalur distribusi global suplalychain untuk mendatangkan autoclave melalui beberapa negara sehingga secara administrasi harus mendapat othority dari negara tersebut, hal ini akan memperpanjang jangka waktu dan menambah cost yang harus dikeluarkan.

KESIMPULAN
1.         Perencanaan Global Supplychain khususnya pemesanan autoclave dari Jerman harus benar benar memperhitungkan benefit dan cost yang dikelurkan.
2.         Perlu alternatif pemesanan misalnya dengan membeli autoclave yang berukuran lebih kecil dan dapat dapat memenuhi fungsi yang sama.
3.         Membuat sendiri komponon autoclave terutama struktur autoclave yang mungkin tidak terlalu sulit dibuat di Indonesia.

Oleh: Mayor (AL) Amel Zen M.Han