ESSAY UAS - PENGUASAAN TEKNOLOGI NIGHT VISION SEBAGAI BENTUK KEWASPADAAN INDUSTRI PERTAHANAN

Oleh : Setiadi Arianto (120170401014)

Saat ini postur pertahanan tanpa militer atau sering disebut sebagai pertahanan nirmiliter diklasifikasikan menjadi unsur utama dan unsur lain[1]. Salah satu penyusun unsur utama adalah aspek kemampuan terkait dengan kewaspadaan. Kemampuan kewaspadaan adalah konten yang akan dibahas dalam tulisan ini yang dikaitkan antara kewaspadaan nasional dengan beberapa kasus terorisme yang masih marak. Muara dari kedua hal tersebut akan hubungkan dengan belum terwujudnya kemandirian teknologi yang mampu menemukan pelaku terorisme serta kelompok separatis yang melarikan diri ke hutan yang. Hal ini mendasari pentingnya keikutsertaaan Industri Pertahanan dalam Kewaspadaan Nasional untuk mewujudkan rasa aman yang merupakan hak sekaligus kewajiban bagi seluruh Warga Negara.
Kewaspadaan Nasional merupakan suatu kualitas kesiapsiagaan yang dimiliki bangsa Indonesia untuk mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegahan terhadap berbagai ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia[2]. Kewaspadaan Nasional memiliki fungsi yang menyangkut sistem Keamanan Nasional, salah satunya adalah membangun kemampuan pertahanan. Sehingga semua komponen terkait dengan penyelenggaraan pertahanan dan keamananan di indonesia dapat berkonstribusi di dalamnya. Tentunya dengan fungsi dan perannya masing-masing.
Kaitannya dengan Kewaspadaan nasional, banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah seperti kebijakan di bidang pertahanan yaitu dengan menerapkan sistem pertahanan semesta. Sistem pertahanan ini juga didukung dengan peran diplomasi dalam membangun kerjasama baik di bidang politik maupun di bidang pertahanan dan keamanan. Kerjasama ini sangatlah diperlukan untuk menciptakan suatu sinergi dalam menghadapi ancaman. Ancaman yang menjadi tanggungjawab bersama dianataranya dalah kasus terorisme.
Di tahun terakhir, banyak kabar mengenai terorisme dan separatisme yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Dalam beberapa kasus yang terjadi, para pelaku terorisme dan kelompok separatisme memiliki kecenderungan memilih hutan belantara sebagai tempat melarikan diri dan bersembunyi. Pada bulan Maret 2016, kasus kelompok teroris Santoso menjadi topik utama di media massa. Hal ini dikaitkan dengan upaya TNI dan POLRI dalam menemukan kelompok tersebut menemui beberapa kendala diantaranya adalah medan pencariannya adalah hutan di Desa Torire, Poso[3]. Kecenderungan penangkapan para pelaku terorisme ini adalah ketika di siang hari karena pada malam hari pelaku terorisme akan sulit untuk ditemukan. Sejauh ini, salah satu hambatan dalam pengejaran pelaku terorisme terutama di hutan Indonesia adalah para satuan TNI dan POLRI belum memiliki teknologi Night Vision yang mampu digunakan pada saat malam hari atau didaerah yang minim pencahayaan.  
Night vision adalah kemampuan untuk melihat baik dalam arti dengan kemampuan biologis atau teknologi dalam lingkungan gelap[4]. Kemampuan night vision dapat dicapai dengan menggunakan dua cara yaitu dengan meningkatkan batas spektrum gelombang yang dapat dilihat atau dengan meningkatkan kemampuan untuk melihat intensitas cahaya rendah. Pada pendekatan pertama, kemampuan penglihatan mata manusia dibatasi hanya pada jarak tertentu yaitu dalam gelombang elektromagnetik (GEM) yang disebut cahaya tampak. Solusi yang dapat diterapkan pada pendekatan pertama adalah dengan memberi kemampuan untuk melihat cahaya walaupun dalam intensitas kecil. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan teknologi image intensifier.
Pendekatan yang kedua, solusi yang diberikan dapat berupa peningkatan batas spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat, seperti gelombang inframerah atau ultraviolet dengan menggunakan teknologi thermal imager. Hal ini adalah bentuk upaya implementasi teknologi yang diaplikasikan dalam bidang keamanan dan bidang militer, terutama ketika menghadapi medan yang minim dengan pencahayaan seperti saat pencarian kelompok terorisme yang bersembunyi di hutan.
Secara detail teknologi yang digunakan dalam perangkat night vision adalah menggunakan sistem Image Intensifier Tube. Image intensifier tube (tabung penguat citra) merupakan sistem night vision yang memanfaatkan sumber cahaya lingkungan seperti cahaya bintang atau bulan dan diperkuat untuk menghasilkan citra yang lebih cerah pada perangkat dibandingkan yang dilihat oleh mata telanjang.
Lalu bagaimana untuk mewujudkan teknologi Night Vision ini? Tentunya kita perlu kerjasama yang dilakukan baik dengan skema Joint Production dan Transfer of Technolgy sesuai dengan yang termaktub dalam UU No.16 Tahun 2012 dan PP No.76 Tahun 2014. Dalam hal ini peran dari diplomasi dibidang politik dan strategi menjadi ujung tombak keberhasilan dalam menjalin kerjasama ini.
Peran para diplomat adalah jembatan bagi Industri Pertahanan untuk menjalin kerjasama dengan negara yang memiliki teknologi Night Vision ini. Kedepannya, kerjasama yang dilakukan diharapkan bukan hanya sebagai wujud keberpihakan politik internasional namun kerjasama mampu menjadi parameter kualitas hubungan saling percaya antar negara. Sehingga apabila terjadi suatu permasalahan hal ini menjadi sarana komunikasi bilateral. Kerja sama ini dilakukan oleh PT.Pindad sebagai pelaku Industri Pertahanan dengan Theon Sensors S.A dari Yunani.
Dalam kerjasama night vision ini Theon Sensors S.A menawarkan 3 produk andalan mereka untuk diproduksi bersama dengan PT. Pindad diantaranya: Damon, MWS (Mini Weapon Sight), dan Erebus. Ketiga produk tersebut adalah jenis Teropong Bidik Senapan malam (TBSM) yang dapat dipasang di senjata. Produk Damon dan Erebus didesain dengan perbesaran 1x untuk ditandemkan dengan Teropong Bidik Senapan Siang (TBSS) yang sudah eksisting di lingkungan TNI AD seperti trijicon dan kiss. Sedangkan MWS dirancang dengan perbesaran 2.8x sehingga dapat berdiri sendiri di senjata.
Skema kerjasama yang ditawarkan oleh Theon Sensors kepada PT Pindad sebagai mitra untuk teropong bidik senapan malam (TBSM) di Indonesia adalah joint production yang didalamnya sudah termasuk transfer teknologi, fasilitas produksi, dan kemampuan personil.
Joint production antara Theon Sensors dan PT. Pindad akan mencakup tiga produk utama yaitu Damon, MWS, dan Erebus yang akan dilabeli sebagai produk dalam negeri. PT Pindad akan menjadi mitra strategis produksi TBSM untuk kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah. Sebagai bagian dari skema joint production PT Pindad akan menjadi pusat kompetensi TBSM untuk assembling, testing, maintenance, service dan overhaul.
Selain itu, PT Pindad akan mendapatkan transfer teknologi berupa fasilitas lini produksi untuk TBSM yang akan dibangun di PT Pindad. Sebuah transfer teknologi yang komprehensif dari Theon ke PT Pindad juga akan memberikan pengetahuan tentang kemampuan produksi TBSM dalam negeri baik dalam hal fasilitas produksi, perbaikan dan pengujian. Lini produksi juga telah disiapkan untuk kerjasama produksi tipe TBSM lain di masa depan. PT Pindad juga akan menggunakan teknologi TBSM terbaru dari Theon dan dengan technical assistance akan melakukan proses desain, integrasi dan verifikasi TBSM tersebut. Ketika program transfer teknologi telah selesai dilakukan, akan terbentuk kompetensi industri dalam negeri untuk merancang sistem yang sama didasarkan pada kombinasi dari pembelian produk dalam negeri.
Kaitannya dengan Kewaspadaan Nasional, Industri Pertahanan dapat mengambil peran sebagai fasilitator dalam mewujudkan kesiapsiagaan dalam menghadapi Terorisme dengan turut serta menyiapakan alpalhankam yang mampu digunakan di daerah yang minim pencahayaan seperti di hujan. Hal ini sebagai bentuk kompatibilitas Industri Pertahanan dalam menyediakan kebutuhan TNI dan POLRI sebagai pengguna utama.
Lebih jauh, peran dalam menyelenggarakan keamanan tidak serta merta dilakukan oleh TNI dan POLRI saja. Peran warga negara selain menuntut rasa aman kepada negara, warga negara juga harus turut serta dalam menjaga keamanan bagi sesamanya.
Harapan dari semua tulisanan ini adalah kerjasama yang dibangun antara PT Pindad (Persero) dan Theon Sensors mampu terwujud dan memberikan manfaat secara tidak langsung kapada bangsa dan negara, kerjasama ini sebagai upaya peningkatan kewaspadaan nasional terhadap teroris yang dilaukan oleh Industri Pertahanan dalam memfasilitasi pengguna atau TNI dan POLRI.



Pustaka
Jurnal
Darmawan, Dedi. 2010. Pengenalan Wajah Dengan Metode Backpropagation Menggunakan CCTV Inframerah. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249217-R231007.pdf
Website
https://daerah.sindonews.com/read/1092312/174/buru-teroris-santoso-raider-kepung-hutan-pegunungan-torire-1457714558.
https://doktor-politik-ui.net/2016/09/peran-politik-dalam-kemajuan-industri-maritim-dan-alat-pertahanan/
Buku
Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun 2015.

Slide
Slide Perkuliahan “Kewaspadaan Nasional” oleh D. Herly Dwiyanto.



[1] Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun 2015
[2] Slide Perkuliahan “Kewaspadaan Nasional” oleh D. Herly Dwiyanto.
[3] https://daerah.sindonews.com/read/1092312/174/buru-teroris-santoso-raider-kepung-hutan-pegunungan-torire-1457714558
[4] http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249217-R231007.pdf